Selamat Datang di Website Sekolah SMAS Pelita Utama Batam
Selamat Datang di Website Sekolah SMAS Pelita Utama Batam
You are here : Home - Terkini - Cerpen Naif Berujung Asing Karya Weslyn Zhuang SMA Pelita Utama
Cerpen Naif Berujung Asing Karya Weslyn Zhuang SMA Pelita Utama
Publish : Thursday, 7 October 2021 - Category : Terkini
Malam ini, malam yang sangat memikat mata. Bintang kecil mengililingi bulan purnama yang mengingatkanku pada dia, yang pernah menjadi sandaranku. Dalam kenangan ini, masih tersisa dunia fantasi yang sempat menjadi persembunyianku. Dari pilar-pilar berwarna putih megah hingga istana berwarna emas disertai para peri mengelilingi taman. Kelap-kelip kunang-kunang yang berseliweran di taman selalu menghiasi malamku. Namun, dunia fantasi yang pernah membawakan kenyamanan dan kehangatan, remuk dalam hitungan hari.
Hari ini juga merupakan hari yang kutunggu-tunggu. Dari kejauhan, dia melambaikan tangannya ke arahku. Seperti biasa, dia akan membeli bunga di tokoku setiap sabtu. Biasanya kami akan basa-basi berbicara tentang masa depan. Parasnya bak artis dan memiliki mata berwarna biru yang jarang dijumpai di kota ini. Tetapi, hari ini dia tampak buru-buru sambil menggandeng tangan seorang gadis.
Aku hendak menanyakan kabarnya seminggu ini, tetapi gadis itu menatapku dengan tatapan sinis seolah-olah menyuruhku diam.“Kamu mau bunga apa buat ulang tahunmu?” tanya Dean, pria yang kusuka dalam diam.“Apa saja, yang penting melewatinya bersamamu,” ucap gadis tersebut sambil tersenyum ke arahku.
Sontak aku mengerti apa arti dari senyuman tersebut. Senyuman yang mengisyaratkan bahwa mereka merupakan pasangan. Saat itu juga aku merasakan kehangatan yang selalu ada memudar perlahan dan rasa sedih yang tertancap dengan kuat. Setelah membeli bunga dariku, mereka pergi dengan menampilkan punggung yang amat serasi.
Aku kira dia juga menyukaiku ternyata segala perilakunya hanyalah untuk teman semata. Dirinya selalu menampilkan senyuman yang menampakkan lesung pipi dalamnya kepada gadis itu membuatku terdiam dalam amarah. Aku menatap sendu diriku di hadapan cermin. Aku bertanya kepada cermin, apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan Dean. Cermin tidak memberikanku jawaban. Namun, mataku terpusat pada tongkat sapu yang tampak sendirian di sudut kamar. Aku terseyum memandangnya.
Aku tidak suka perlakuannya yang manis terhadap gadis itu. Segala perilakunya membuatku membara seketika. Rasanya seperti diterkam harimau di ujung jurang. Akhirnya sampai pada hari sabtu, seperti biasa dirinya menunjukkan batang hidung di hadapanku. Aku tersenyum sambil memegang tangannya dengan tujuan menghentikannya. Namun, kali ini dia hanya melewatiku. Padahal aku sengaja mematahkan kaki kananku, berharap dia akan lebih memperhatikanku. Pada akhirnya, dia hanya menganggapku penjual bunga yang membuatnya risi.
Leave a Comment